6 Februari 2025

Hari: 28 Desember 2023

Wamentan Akan Terus Tingkatkan SDM untuk Akselerasi Sektor Pertanian di Sorong

TANIINDONESIA.COM//SORONG - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi mengatakan akan terus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengakselerasi pertanian di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

Menurut Wamentan, Kabupaten Sorong memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Namun hal tersebut perlu didukung oleh SDM yang mumpuni, terutama dalam mentransformasikan teknologi pertanian.

"Potensi Sumber Daya Alam pertanian di Kabupaten Sorong ini luar biasa ya, namun kita akan terus tingkatkan SDM-nya. Karena tanpa adanya SDM yang mumpuni dan transformasi teknologi pertanian yang maksimal, itu akan menjadi hambatan kita dalam mengakselerasi pertanian di Kabupaten Sorong," kata Wamentan usai panen cabai dan tomat di Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Kamis (28/12/2023).

Baca juga: Genjot Produksi Padi-Jagung, Cara Kementan Hadapi Ancaman El Nino

Wamentan Harvick menambahkan peningkatan SDM tersebut akan dilakukan dengan berbagai pelatihan, mulai dari budidaya hingga hilirisasinya. Sehingga dapat menarik minat anak-anak muda di Sorong untuk terjun ke sektor pertanian.

Plh Bupati Sorong, Cliff A Japsenang mengungkapkan saat ini daerah telah ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya sebagai sentra pertanian.

Meski demikian, ia mengaku bahwa masih terdapat berbagai keterbatasan untuk mengakselerasi sektor pertanian, seperti kurangnya regenerasi petani muda hingga tata niaga petani yang masih sangat lemah.

Di samping ada keunggulan, kami juga memiliki kelemahan dari sisi SDM, teknologi, digitalisasi, yang belum dikuasai oleh para petani. Untuk itu, kami berharap bapak Wamentan dapat memberikan dukungan kepada SDM pertanian di Kabupaten Sorong," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wamentan Harvick didampingi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi melakukan dialog dengan sejumlah kelompok tani maupun para penyuluh. Wamentan juga turut meninjau Digital Farming Bendungan Klawalu yang dikelola oleh Kelompok Tani Harapan Gawe Makmur.(***)

Genjot Produksi Padi-Jagung, Cara Kementan Hadapi Ancaman El Nino

TANIINDONESIA.COM//LIDO - Ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim El nino yang belum usai, membuat Kementerian Pertanian (Kementan) tak pernah berhenti berupaya untuk menjaga ketahanan pangan. Salah satunya dengan menggenjot produksi pangan, khususnya padi dan jagung.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada berbagai kesempatan menyampaikan pentingnya meningkatkan produksi padi dan jagung.

"Kita fokus dalam peningkatan program padi dan jagung ini adalah untuk mencapai swasembada dan mengurangi impor," tuturnya.

Menindaklanjuti hal tesebut, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Bertani On Cloud (BOC) Volume 247 dengan mengangkat tema Kesiapan SDM Pertanian mendukung peningkatan produksi padi dan jagung.
Acara talkshow yang digelar di Lido, Jawa Barat, pada Kamis (28/12/2023) merupakan rangkaian Apresiasi SDM Pertanian 2023,

Tampil sebagai narasumber, Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Siti Munifah, Ketua Perhiptani Jawa Barat Dudy S Tafajani, Ketua KTNA Jawa Barat H. Otong Wiratna dan Ketua P4S Agro Spora Dedi Mulyadi.

Sementara Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menilai peran penting untuk meningkatkan dua komoditas tersebut berada di penyuluh.

"SDM pertanian harus mendongkrak produktifitas pertanian, dan tugas penting penyuluh untuk mendampingi petani dalam penyediaan pangan," katanya.

Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah, mengatakan perubahan iklim global dan dampak perang Rusia Ukraina yang menyebabkan kelangkaan pupuk, mengakibatkan penurunan produksi pangan dan meningkatkan nilai impor kita, untuk itu peningkatan produksi padi dan jagung merupakan solusi penyediaan pangan bagi 278 juta penduduk indonesia.

"Menjawab tantangan hal tersebut, program kerja dari Kementan seperti yang telah ditetapkan oleh Mentan Amran Sulaiman adalah meningkatkan produksi padi dan jagung. Fokus program dalam meningkatkan produksi sekaligus mengulang sukses swasembada pangan," katanya.

Untuk itu, Siti Munifah meminta semua insan pertanian harus aktif bekerja keras. "Utamanya penyuluh sebagai garda terdepan mendampingi petani di lapangan. Kami tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan semua pihak dalam hal ini Perhiptani, KTNA termasuk P4S untuk bahu membahu mensukseskan program pemerintah," katanya.

Ia menambahkan, saat ini Kementan menggandeng TNI dengan untuk membantu penyuluh dilapangan, jumlah penyuluh saat ini 38.800 dengan jumlah desa 83.000 yang harus didampingi.

"Dengan kekurangan personil tersebut harus dibantu oleh aparat negara yang paling dekat dengan masyarakat yaitu Babinsa yang rantai komandonya ada di TNI, diharapkan peran babinsa dalam proses percepatan tanam dan olah tanam," katanya.

Tidak hanya penyuluh, peran generasi muda dalam hal ini mahasiswa Polbangtan dan PEPI untuk turut aktif terjun kelapangan dalam program magang, sekaligus mempraktekan ilmu yang mereka dapat selama masa perkuliahan.

Baca juga: Jelang Penghujung Tahun, Kementan Apresiasi SDM Pertanian Berprestasi

"Apa yang kita bahas di event ini menjadi penting mengingat yang hadir sebagai narasumber merupakan perwakilan dari semua yang terlibat dalam peningkatan produksi," katanya.

Ketua KTNA Jawa Barat, H. Otong Wiratna, menjelaskan jika KTNA merupakan bagian dari pelaku pembangunan pertanian, sudah sejak lama hadir dan bersinergi dalam mendukung program pemerintah khususnya kementan

"Terbaru kolaborasi Kementan dan KTNA khusus di Jawa Barat, adalah dalam upaya mendukung program pemerintah dalam mencapai target peningkatan produksi padi dan jagung," ujarnya.

Ia menambahkan, isu pertanian saat ini adalah sumber daya manusia, regenerasi petani dan modernisasi pertanian.

"Untuk petani muda masih banyak yang hanya tertarik menekuni bidang hortikultura baik buah maupun sayuran. Untuk tanaman pangan masih didominasi oleh petani usia senja. Dan yang menjadi PR bersama bagaimana meningkatkan minat petani muda untuk terjun ke bidang tanaman pangan, untuk itu modernisasi pertanian menjadi jawaban sekaligus mematahkan mitos pertanian itu kotor dan tidak terjamah sentuhan teknologi," ujarnya.

Mengenai peningkatan produksi, menurutnya hal itu tidak lepas dari peran sumber daya manusia, tidak hanya petani dan penyuluh, keterlibatan Babinsa tapi juga penyuluh swadaya perlu lebih diberdayakan.

"Target Jawa Barat meningkatkan produksi dari 5,7 menjadi 6,3 Ton atau 0,06 Ton/ HA dengan rata rata tanam di jawa barat 1,6 juta itu sudah 800 ton, memang tidak mudah tapi dengan kerjasama dengan berbagai pihak semua dapat tercapai," urainya.

Otong mengatakan, dukungan teknologi alat pertanian seperti combine harvester dan power trasher berdampak signifikan dalam menekan biaya produksi dan mengurangi losses, ini yang harus dilakukan oleh semua petani.

"Kolaborasi menjadi kata kunci, kata yang mudah diucapkan namun di lapangan perlu kerja keras untuk mewujudkannya," jelasnya.

Ketua Perhiptani Jawa Barat, Dudy S Tafajani, mengatakan strategi penyuluh dalam menghadapi el nino, yang merupakan siklus perubahan iklim yang rutin dihadapi, dengan memantau perkembangan lewat BMKG, kemudian dilakukan mitigasi.

"Tugas penyuluh adalah mendiseminasikan informasi mitigasi iklim tersebut kepada petani. Di lapangan kita dihadapkan dengan berbagai macam reaksi dari petani, ada yang langsung menerima dan sudah mengantisipasi nya ada juga yang resisten," katanya.

Ia menegaskan, tugas penyuluh hanya menyampaikan, dan mencarikan solusi bagi para petani yang mengalami kesulitan di lapangan.

"Tugas penyuluh menjadi lebih berat dengan adanya dampak el nino, namun kami selalu siap untuk mendukung program kementan. Jawa Barat saat ini ada 3600 an jumlah penyuluh yang terdiri dari ASN, P3K, THL TBPP, THL Daerah dan Penyuluh Swadaya," katanya.

Ketua P4S Agro Spora, Dedi Mulyadi, petani muda yang bergerak dibidang tanaman pangan khususnya organik, menjelaskan saat selesai kuliah dan kembali ke desa, pada 2012 ia melihat potensi untuk mengembangkan pertanian organik di daerah Subang.

"Untuk meningkatkan pendapatan petani pilihan nya ada dua yaitu meningkatkan produksi atau menurunkan biaya produksi. Dalam penurunan biaya produksi banyak cara seperti penggunaan pupuk organik, penggunaan agen hayati dan lainnya," kata dia.

Ia menjelaskan jika ketertarikannya pada bidang tanaman pangan karena keluarga saya adalah keluarga petani

"Perlu proses konversi selama dua tahun dari pertanian lokal menjadi pertanian berbasis organik dimana selama masa tersebut bagaimana memasukan sebanyak mungkin bahan organik ke areal pertanaman baik dikebun dan persawahan. Kemudian proses bagaimana mengembalikan kesuburan tanah di sini peran penyuluh dalam mendampingi kita menjadi penting," imbuhnya.

Dengan adanya sinergi dan peran aktif dari berbagai pihak, Kementan yakin peningkatan produktivitas dan produksi di sektor pertanian akan meningkat.(***)

Jelang Penghujung Tahun, Kementan Apresiasi SDM Pertanian Berprestasi

TANIINDONESIA.COM//LIDO - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) pertanian melalui program-program utama Kementan.

Kementan juga telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian yaitu mewujudkan pertanian maju, mandiri, modern. Arah kebijakan ini menjadi pedoman untuk bertindak cerdas, tepat, dan cepat bagi jajaran Kementan di seluruh Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja yang lebih baik.

Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan peran aktif SDM pertanian, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman memberikan penghargaan kepada insan pertanian yang berprestasi pada acara Apresiasi SDM Pertanian tahun 2023 di Lido, Kamis (28/12/2023).

Sebanyak 30 Sertifikat Emas atau Golden Certificate diberikan Mentan sebagai apresiasi atas prestasi yang telah ditoreh oleh 9 Petani Milenial/Petani Andalan Inspiratif, 3 Penyuluh Pertanian, 6 Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), 3 Kelompok Tani, 3 Kelompok Wanita Tani (KWT), 3 Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) serta 3 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Setelah melalui proses seleksi, 30 penerima penghargaan ini telah mengembangkan inovasi dalam sektor pertanian seperti pengendalian hayati berbasis limbah, pertanian ramah lingkungan, smart farming, intercropping budidaya cabe, pengembangan kluster, penangkaran bibit, pemberdayaan petani, pengembangan agroeduwisata, pengolahan produk pangan hingga ekspor produk pertanian.

Menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian, keberadaan sumberdaya manusia (SDM) sudah seharusnya memiliki kualitas yang mumpuni. Bahkan setiap kesempatan, Mentan membeberkan beberapa kunci yang bisa kesuksesan SDM Pertanian.

Baca juga: SDM Pertanian, Kunci Peningkatan Produksi dan Produktivitas

"Mulai dari bekerja yang terbaik, fokus, cepat dan berorientasi hasil. Empat kunci inilah yang perlu di pegang teguh agar SDM kita menjadi yang mumpuni", ujar Amran.

Amran menyampaikan bahwa sektor yang paling siap membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik besok dan akan datang adalah pertanian.

"Saya sangat bangga dengan para penerima penghargaan. Tentu saja ini akan menstimulasi bagi banyak orang agar turun tangan di sektor pertanian," ucap Mentan.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada kegiatan pembukaan evaluasi kinerja BPPSDMP tahun 2023 dengan tema Kesiapan SDM Pertanian Mendukung Peningkatan Produksi Padi dan Jagung serta Apresiasi SDM Pertanian tahun 2023 mengatakan Kementan berkomitmen menyiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha, oleh karenanya salah satu program utama Kementerian Pertanian dalam menjamin produktifitas, kontinuitas dan ketahanan pangan adalah penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian millenial sampai dengan tahun 2024.

"Tantangan yang semakin Kompleks seperti El Nino yang berdampak terhadap penurunan produksi konflik geopolitik yang menyebabkan terganggunya distribusi pangan dan adanya restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan," ungkap Dedi.

Dedi menjelaskan solusi dari permasalahan tersebut adalah peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

"Ada tiga faktor pengungkit produktivitas pertanian. Pertama, Inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, kebijakan peraturan perundangan termasuk kearifan lokal, serta SDM Pertanian. Poin ketiga, SDM Pertanian menyokong 50 persen peningkatan produktifitas pertanian, sisanya masing-masing berimbang menyumbangkan 25 persen", beber Dedi.

Dedi mengajak seluruh SDM pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. 30 SDM berprestasi ini adalah sebagian dari banyaknya SDM berprestasi yang dimiliki oleh Indonesia.

"Mereka semua, siap untuk mendongkrak produksi pertanian, terutama produksi padi dan jagung. Dan hari ini, kita menyampaikan apresiasi kepada mereka karena berkontribusi untuk kemajuan pertanian dan ketahanan pangan," tegas Dedi.(***)