Kementan Tingkatkan Produksi Pangan dengan Pertanian Terintegrasi
TANIINDONESIA.COM//LEMBANG – Pertanian terintegrasi (integrated farming) merupakan usaha tani yang memanfaatkan usaha-usaha terkait seperti peternakan untuk memberikan hasil yang maksimal.
Untuk menderaskan pengetahuan mengenai pertanian terintegrasi, Kementerian Pertanian menggaet Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Ternak Jaya dalam Bertani On Cloud (BOC) Volume 271 yang diadakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Kamis (15/8). Tajuk yang diangkat adalah Peningkatan Produksi Padi Melalui Integrated Farming.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya peningkatan SDM pertanian dalam meningkatkan produksi pertanian.
“Saya optimis bahwa dua sampai tiga tahun ke depan Indonesia akan kembali mencapai swasembada pangan, terutama dalam produksi padi dan jagung, jika didukung SDM yang berkualitas,” ujar Mentan Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Ida Widhi Arsanti, menyebut pentingnya inovasi pertanian dalam meningkatkan produktivias.
“Dengan didukung dengan inovasi dan pemanfaatan teknologi, Saya yakin target utama Kementan dalam meningkatkan produksi sekaligus mengantisipasi darurat pangan, akan tercapai,” kata Santi.
Dalam BOC, P4S Ternak Jaya dilibatkan karena kelompok ini menerapkan pertanian terintegrasi yang menonjolkan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair dari urin sapi. Hal tersebut dimungkinkan karena P4S tersebut melakukan pertanian berdampingan dengan peternakan.
Baca juga:
Menjawab Tantangan Era Global, Kementan Tingkatkan Kapasitas ASN dan Non ASN
Menurut Rojai, Kepala P4S Ternak Jaya, beberapa keuntungan yang didapat dari melakukan integrated farming adalah menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen.
P4S Ternak Jaya yang hadir secara langsung memberikan materi kepada petani dan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia secara daring. Harapannya, para petani dan penyuluh tertarik dan mendalami lebih lanjut mengenai integrated farming untuk diaplikasikan di lahan masing-masing.
Dalam kesempatan tersebut P4S Ternak Jaya menunjukkan inovasi pembuatan probiotik dari rumen sapi. Rojai yang hadir sebagai pengampu materi menunjukkan bahan-bahan yang digunakan dalam membuat probiotik.
Alat yang dipakai cukup sederhana. Wadah besar berupa gentong berukuran kecil dan kayu pengaduk menjadi alat utama. Bahannya sendiri adalah rumen sapi, air kelapa, air cucian beras, nanas, dan pepaya.
Nanas dan pepaya digunakan untuk menguatkan khasiat probiotik dengan memanfaatkan enzim bromelain dan enzim papain yang dikandung masing-masing buah.
Cara pembuatan terbilang sederhana. Sepertiga gentong kecil diisi oleh rumen sapi, sepertiganya lagi diisi oleh air kelapa dan sepertiga terakhir air cucian beras dengan rasio yang sama. Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan nanas dan pepaya yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah semua bahan dicampur, tong kemudian ditutup selama dua minggu agar tidak terkontaminasi. Selanjutnya probiotik akan disiapkan dengan dihadapkan pada udara terbuka agar siap dipakai.
Pemakaian sendiri dapat disemprotkan langsung ke media tanam padi atau dicampur dengan pupuk organik padat maupun cair dengan rasio 200ml probiotik untuk 20 liter air. Dapat juga dicampurkan dengan pupuk organik cair atau padat dengan rasio yang sama.
Probiotik dibuat memanfaatkan bakteri yang ada pada pencernaan sapi. Bahan-bahan yang sebelumnya disebutkan mampu menjadi “bahan bakar” bagi bakteri untuk menjadi probiotik.
Probiotik kemudian dapat digunakan untuk menggemburkan tanah serta menambah efektivitas pupuk organik cair dan pupuk organik padat.
Dengan meningkatnya efektivitas tersebut, Rojai berharap probiotik yang dibuat di P4Snya dapat menekan biaya produksi pada petani sehingga bisa mendapatkan untung lebih banyak.
“Tujuannya adalah agar pengeluaran petani berkurang dan penghasilannya bertambah,” tandas Rojai.(*)