14 Juni 2025

Bulan: September 2023

Untung Gede, Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh Lakukan Hilirisasi Pertanian

TANIINDONESIA.COM//Cinagara - Kementerian Pertanian (Kementan) membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 8 “Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Pertanian” dan Online Training on AWGATE “Animal Husbandary and Health Management” di Cinagara, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/8).

Dalam saambutannya, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam arahannya mengatakan, Indonesia seperti negara lainnya memetik pelajaran tiga tahun terakhir dengan pendekatan global yang baru.

"Tidak ada negara yang kuat sendiri. Kesadaran gejala alam dan COVID-19, membuktikan kekuatan negara bergantung dengan negara lain," kata Mentan Syahrul dalam arahannya saat membuka pelatihan ini.

Seminggu ini, kata dia, ada sebuah paradigma yang berubah yaitu pendekatan kawasan mengenai penyelamatan kemanusiaan melalui pertanian yang terjadi karena COVID-19, ketegangan politik antaranegara Rusia dan Ukraina dan kesadaran climate change.

Menurut dia, pelatihan ini bertujuan untuk pempersiapkan frame akademik petani dalam menghadapi tantangan yang ada. Selain itu, untuk membangun sistem manajemen dan orientasi baru terhadap program yang ada.

"Membuat perilaku baru terhadap pangan juga menjadi tujuan pelatihan yang krusial. Jangan main-main dengan pertanian," kata SYL, sapaan mentan Syahrul.

Baca juga: Pupuk Bersubsidi Sudah Bisa Dipesan Secara Digital

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, di antara tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kesejahteraan petani baru meningkat manakala pendapatannya meningkat. Kalau pendapatan meningkat berarti harus diawali dengan produksitivitasnya yang meningkat," kata dia.

Meski demikian, Dedi mengingatkan bahwa peningkatan produksi dan produktivitas tidak menjamin dapat meningkatkan pendapatan petani. Sebab, biaya produksi semakin mahal.

"Oleh karena itu, nilai tambah keuntungan dan produk yang dihasilkan petani harus meningkat. Bagaimana caranya? Harus diolah dulu. Petani padi jangan jual padi, petani menimal jual beras atau produk-produk pangan berbasis beras," ucap Dedi.

Karena itu, salah yang dibahas pada PSPP ini adalah bagaimana petani mendapatkan nilai tambah yang maksimal. Jadi petani itu bukan hanya sebagai pelaku utama, tetapi juga harus menjadi pelaku usaha.

PSPP ini akan dilaksanakan selama tiga hari, tanggal 19 – 21 September 2023. Peserta yang mengikuti pelatihan ini sebanyak 1,8 juta, yang sebagian besar mengikuti secara online.

Bersamaan, Kementan juga menggelar Animal Husbandary and Health Management selama tiga hari dari tanggal 19-21 September 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 17 peserta dari delapan negara ASEAN.

Berdasarkan saran dari ASEAN Working Group, Indonesia mendapat tugas untuk melaksanakan Online Training on AWGATE Animal Husbandary and Health Management, yang dilaksanakan BBPKH, salah UPT Kementan di Bogor.

Pupuk Bersubsidi Sudah Bisa Dipesan Secara Digital

TANIINDONESIA.COM//JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Kementerian Pertanian siap melayani penebusan pupuk bersubsidi secara digital bagi petani terdaftar yang berada di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Tengah (Sulteng), dan Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai hari Sabtu, 16 September 2023.

Setelah sebelumnya, telah melakukan peralihan sistem penebusan pupuk bersubsidi dari manual ke digital ke lima provinsi. Seluruh kios resmi di tiga provinsi tersebut telah menerapkan sistem penebusan integrasi pupuk bersubsidi (i-Pubers).

Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal mengatakan bahwa i-Pubers menjadi sarana baru bagi kios dalam menginput data penyaluran pupuk bersubsidi. Secara real time serta memberikan kemudahan bagi petani dalam menebus pupuk bersubsidi.

“Proses penebusan pupuk bersubsidi di tiga provinsi yaitu Sumut, Sulteng, dan Sultra semakin mudah, cepat, dan sederhana dengan aplikasi i-Pubers. Penerapan aplikasi digital juga menjadi upaya Pupuk Indonesia bersama Kementerian Pertanian membenahi sistem penyaluran dan penebusan agar lebih tepat sasaran, transparan, dan akuntabel,” demikian ungkap Gusrizal dikutip dari keteranganya, Minggu, 17 September 2023.

Baca juga: Eco-Enzyme, Mudah Dibuat Sejuta Manfaat

Gusrizal memastikan bahwa penebusan pupuk bersubsidi dengan i-Pubers ini hanya dapat dilakukan oleh petani yang terdaftar di e-Alokasi. Adapun cara menebusnya yaitu petani datang membawa KTP (kartu tanda penduduk) untuk dipindai NIK-nya guna mengakses data petani pada sistem e-Alokasi.

Selanjutnya, kios akan meng-input jumlah transaksi penebusan dan petani menandatangani bukti transaksi tersebut pada aplikasi i-Pubers. Pada saat transaksi, KTP milik petani dan juga petani beserta pupuk bersubsidi yang ditebus akan difoto oleh kios pada aplikasi i-Pubers. Foto yang di-input akan dilengkapi dengan geo-tagging dan timestamp.

Sehingga dapat tercatat lokasi dan waktu terjadinya transaksi dan memudahkan penelusuran. Apabila KTP tidak sesuai, maka petani harus melengkapinya dengan Surat Keterangan dari pemerintah desa atau kelurahan.

Melalui i-Pubers, petani terdaftar wajib datang sendiri ke kios dan tidak dapat diwakilkan. Akan tetapi, bagi petani terdaftar namun sudah meninggal maka penebusannya dapat diambil oleh ahli waris dengan menunjukkan bukti surat keterangan meninggal.

“Sistem digital atau aplikasi i-Pubers ini akan semakin menyederhanakan dan memudahkan proses penebusan pupuk bersubsidi baik oleh petani maupun kios. Bahkan pihak Dinas Pertanian setempat bisa mendapatkan data penebusan secara real time,” katanya.

Dapat diketahui, peralihan sistem penebusan di tiga provinsi ini telah dilakukan sejak tanggal 7-13 September 2023. Aplikasi i-Pubers ini juga telah dilakukan uji coba pada tanggal 13-15 September untuk memastikan sistem penebusan pupuk secara digital bisa beroperasi (Go-Live) secara serentak di Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara pada tanggal 16 September 2023.

Pupuk Indonesia bersama Kementerian Pertanian telah menerapkan penebusan pupuk bersubsidi secara digital di lima provinsi yaitu Bali, Aceh, Bangka Belitung, Riau, dan Kalimantan Selatan. Dengan begitu, telah ada delapan provinsi yang menerapkan penebusan secara digital di kios dengan tambahan Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.(***)

Eco-Enzyme, Mudah Dibuat Sejuta Manfaat

TANIINDONESIA.COM//LEMBANG - Bertani on Cloud atau BOC kembali menyapa SobatTani di pertengahan September. Kali ini Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berkesempatan menjadi host penyelenggara BOC pada Kamis (14/9).

Berkolaborasi dengan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Tri Karsa Inti Rakyat, BOC volume 235 ini mengangkat tema “Eco-Enzyme Alternatif Cerdas Menekan Dampak Perubahan Iklim”.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi membuka kegiatan tersebut. Dedi mengawali dengan pentingnya mengolah limbah organik sebagai salah satu upaya mengatasi perubahan iklim yang disebabkan oleh gas metana yang timbul dari limbah sampah organik tersebut.

“Bumi kita sudah panas, semakin banyak sampah yang dihasilkan, semakin banyak pula gas metana yang dilepaskan. Itulah salah satu yang menyebabkan bumi terasa semakin panas,” kata Dedi.

Ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang mengimbau seluruh insan pertanian untuk kembali pada pertanian organik. “Pertanian organik adalah bertani dengan bahan-bahan organik. Ini jelas lebih sehat bagi tanah dan bagi kita yang mengkonsumsi produk pertaniannya,” kata Mentan.

Sesi pertama BOC dipandu oleh Fiadini Putri, Widyaiswara BBPP Lembang. Sesi ini diisi dengan pengenalan P4S Tri Karsa Inti Rakyat oleh Ketua P4S, Meliyarta. Pada kesempatannya Ia menceritakan perjalanan P4S yang telah berdiri sejak 2016 ini. Turut hadir Mamik Winiastuti, selaku penyuluh pendamping dari P4S. Ia menjelaskan pentingnya peran penyuluh dalam membina P4S di wilayah masing-masing.

Sesi kedua diisi dengan materi utama yakni praktik pembuatan eco-enzyme. Widyaiswara BBPP Lembang, Chesara Novatiano bersama Dinny Retnawati dari P4S mengajak ribuan peserta yang telah berbagung untuk membuat eco-enzyme. Alat dan bahan yang digunakan antara lain: toples atau penyimpanan dengan penutup yang lebar, limbah organik (sampah buah-buahan seperti kulit buah dan sayuran basah), air, serta molase (dapat diganti dengan gula merah).

   Baca juga: Kolaborasi BBPP Lembang dan P4S Tri Karsa Inti Rakyat Sukses Curi Minat Ribuan Peserta BOC Volume 235

Dinny menegaskan bahwa takaran yang digunakan harus sesuai. “Rumus pembuatan eco-enzyme telah melewati berbagai penelitian yang sangat panjang. Karenanya proses pembuatannya harus sesuai dengan takaran yang ditentukan agar hasilnya maksimal, yakni 3:1:10 untuk limbah buah/sayur, molase, dan air,” jelas Dinny.

Eco-enzyme kemudian disimpan selama tiga bulan di tempat yang aman dari paparan matahari dan barang-barang elektronik. “Simpan eco-enzyme dalam toples yang permukaannya lebar sehingga ruangnya cukup banyak dan tidak meledak. Jika tidak ada toples, bisa menggunakan botol, namun harus dibantu dengan pemasangan balon pada tutupnya. Kita juga biasanya menambahkan sereh agar eco-enzyme tersebut lebih beraroma,” lanjut Dinny memberikan tips.

Ia kemudian menjelaskan bahwa pengolahan limbah menjadi eco-enzyme mampu menjadi salah satu solusi menekan dampak perubahan iklim mulai dari lingkup rumah tangga.

Setelah mempraktikkan tahapan pembuatan eco-enzyme Dinny menunjukkan berbagai produk olahan eco-enzyme produksi P4S yang ternyata kaya akan manfaat. Tidak hanya sebagai pupuk organik cair, eco-enzyme juga dapat dibuat berbagai produk turunan seperti: sabun sirih, sabun cuci tangan, face mist, sabun cuci piring, pembersih lantai, dan lainnya.

Diakui Dinny, produk berbahan dasar eco-enzyme ini dapat bekerja dengan optimal seperti halnya produk kimia

Sesi terakhir diakhiri dengan diskusi. Meli dan Dinny menjawab berbagai pertanyaan dari peserta yang mengikuti via Zoom Meeting maupun live streaming Youtube. Nampak peserta sangat antusias mengajukan berbagai pertanyaan, terutama berkaitan dengan cara pembuatan eco-enzyme. Pada kesempatannya Dinny juga memberikan tips bagi peserta yang sudah pernah membuat eco-enzyme, namun belum maksimal disebabkan adanya kontaminasi.

Tercatat tidak kurang dari 500 peserta menyaksikan melalui Zoom Meeting dan 1.859 lainnya bergabung di live streaming Youtube.

Ajat Jatnika, Kepala BBPP Lembang menutup kegiatan BOC kali ini. Ajat mengapresiasi ribuan peserta yang telah bergabung. Ia juga berharap BOC volume 235 ini dapat memupuk kesadaran bagi insan pertanian untuk kembali ke pertanian organik. (DRY/YKO)

Kolaborasi BBPP Kementan dan P4S Tri Karsa Inti Rakyat Sukses Curi Minat Ribuan Peserta BOC Volume 235

TANIINDONESIA.COM//LEMBANG - Perubahan iklim menjadi salah satu isu global terlebih bagi negara beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu dampak yang tengah dirasakan adalah El Nino atau fenomena naiknya suhu bumi. Karenanya Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Syahrul Yasin Limpo mengimbau seluruh jajaran untuk bersiap mengantisipasi dampak el nino tersebut.

Menurut Syahrul, Kementan akan menyediakan pasokan pangan (beras) sebanyak 382 ton jika El Nino melanda dalam keadaan yang relatif rendah. "Kalau El Nino dalam tingkat yang rendah, dari analisis kami di antara kelembapan 42 sampai 50 akan shorted kira-kira 382 ribu ton (beras). Kalau pendekatan ekstrem (kelembapan) di atas 800, kita siapkan di atas 1 juta ton," paparnya pada rapat koordinasi dan gerakan nasional penanganan dampak El Nino.

Kendati demikian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) turut melakukan berbagai langkah antisipasi dan memepersiapkan SDM pertanian dalam menghadapi ancaman El Nino. Salah satunya melalui kegiatan Bertani On Cloud (BOC) Volume 235 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang pada Kamis (14/9).

Mengangkat tema “Eco-Enzyme Alternatif Cerdas Menekan Dampak Perubahan Iklim”, BOC kali ini menggandeng Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Tri Karsa Inti Rakyat, Kota Depok, Jawa Barat.

P4S yang telah berdiri sejak 2016 ini, kini berfokus pada pengembangan eco-enzyme dan berbagai produk turunannya. Tidak hanya lingkup rumah tangga, berbagai pelatihan telah diselenggarakan bagi siswa, mahasiswa, masyarakat umum, maupun di lingkup perkantoran.

   Baca juga: Tingkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian, Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh

Disiarkan secara langsung dari BBPP Lembang, tidak kurang dari 500 peserta bergabung melalui Zoom Meeting dan 1.859 peserta lainnya menyaksikan via Live Streaming Youtube.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, membuka BOC kali ini. Disampaikan Dedi Fenomena El Nino merupakan salah satu dampak perubahan iklim. Karenanya yang harus dilakukan adalah mengurangi penggunaan produk-produk kimiawi dan kembali ke pertanian organik.

“Esesnsi dari eco-enzyme adalah back to nature. Kita harus bangun pertanian organik. Pertanian organik sudah terbukti sehat dan menyehatkan bagi tanah dan juga produk yang dihasilkan,” kata Dedi.

BOC dilanjutkan dengan sesi pertama yakni pengenalan P4S Tri Karsa Inti Rakyat bersama Meliyarta, Ketua P4S. Dipandu Widyaiswara BBPP Lembang, Fiadini Putri, wanita yang akrab disapa Meli ini menceritakan perjalanan P4S yang dipimpinnya.

“P4S kami telah berdiri sejak 2016 dengan komoditas hortikultura. Namun kami sempat vakum, dan kembali aktif pada 2019 dengan menggandeng UMKM mencetak berbagai produk olahan seperti bir pletok, sirup blimbing wuluh, dan tahu bakso. Setelahnya kami juga membuat berbagai produk olahan eco-enzyme, seperti berbagai jenis sabun yang ada di sini,” jelas Meli sambil menjelaskan contoh produk yang dibawanya.

Turut hadir Mamik Winiastuti, penyuluh pendamping P4S. Mamik menceritakan peran penyuluh dalam mendukung kegiatan P4S. “Penyuluh harus turut aktif. Kami harus selalu memotivasi dan mengedukasi P4S dan memikirkan kebutuhan di P4S yang harus dipenuhi. Peran penyuluh harus maksimal dengan berbagai kolaborasi dan komunikasi yang berkelanjutan,” ungkap Mamik.

Selanjutnya, Widyaiswara BBPP Lembang, Chesara Novatiano mengajak peserta praktik membuat eco-enzyme.

Dinny Retnawati menjadi narasumber pada sesi ini. Ia menjelaskan pembuatan eco-enzyme telah memiliki standar yang baku dan harus sesuai takaran.  “Bahan utama yang digunakan yakni sisa buah-buahan seperti kulit buah ataupun sayur-sayuran yang masih basah. Kita juga menggunakan molase atau gula merah sebagai penggantinya, dan terakhir adalah air. Perbandingan yang digunakan adalah 3:1:10 yang terdiri dari limbah sayur dan buah, molase, dan air,” paparnya.

Ia juga menyarankan penambahan sereh untuk membuat eco-enzyme yang lebih wangi.

Sesi terakhir merupakan sesi diskusi. Nampak peserta tertarik dengan materi yang disampaikan para narasumber. Berbagai pertanyaan melalui zoom, chat room, dan youtube dijawab oleh narasumber.

Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, menutup kegiatan BOC kali ini. Ajat mengapresiasi antusiasme peserta yang telah bergabung.

“Topik eco-enyzme yang disampaikan dalam BOC volume 235 ini diharapkan dapat memupuk kesadaran bagi kita untuk turut menjaga lingkungan dan tetap dalam koridor back to nature, terlebih dalam kondisi El Nino yang saat ini kita hadapi,” pungkasnya.

Lebih lanjut Ajat berpesan agar setelah menyaksikan BOC kali ini peserta mampu memulai pertanian organik dari lingkup rumah tangga, salah satunya dengan eco-enzyme yang mampu membawa sejuta manfaat. (DRY/YKO)

Tingkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian, Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh

TANIINDONESIA.COM//Jakarta - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) kembali menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) volume delapan dengan tema "Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Pertanian Mengantisipasi El Nino."

Melalui pelatihan ini diharapkan peningkatan nilai tambah komoditas pertanian semakin besar. Widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian dapat mengajarkan dan mendampingi petani dalam menghasilkan nilai tambah komoditas pertanian yang dihasilkan.

Menteri Pertanian (Mentan), Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) selalu berupaya untuk melakukan hilirisasi.

"Hilirisasi menjadi kunci dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing berbagai komoditas pertanian," kata SYL, sapaan Mentan Syahrul.

Dia berujar bahwa hilirisasi di sektor pertanian tidak hanya terbatas pada komoditas perkebunan, seperti sawit. Melainkan juga pada komoditas lain, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan agar komoditas pertanian di Indonesia dapat bersaing adalah dengan melakukan peningkatan nilai tambah produk pertanian.

"Pengertian nilai tambah di sini adalah suatu komoditas yang bertambah nilainya karena melalui proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi," jelas Dedi saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Kamis (14/9).

Menurut Dedi, peningkatan nilai tambah komoditas pertanian selain dapat mempertahankan dan menambah kualitas hasil pertanian juga dapat menambah nilai ekonomisnya.

"Nilai tambah sektor pertanian memberikan pengaruh yang berarti pada penyerapan tenaga kerja dan sekaligus perkembangan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan nilai tambah pada penyediaan input produksi di antaranya dengan pemanfaatan bibit unggul, serta bahan nutrisi dan pengendali hama penyakit alami," tutur dia.

Baca juga: Partisipasi Aktif Ajang SAE 2023, Pemkab Sukoharjo Apresiasi Polbangtan Kementan

Di samping itu, nilai tambah juga mampu
menekan biaya produksi dan menambah nilai dari kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.

"Nilai tambah pada kegiatan produksi dapat dilakukan dengan penggunaan sistem produksi hasil tinggi atau terstandar, yang menjamin kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan," kata dia.

"Peningkatan nilai tambah panenan dapat diperoleh dari kegiatan pascapanen, mulai dari sortasi dan grading, pengemasan, hingga pengolahan hasil untuk mendapatkan masa simpan yang lebih lama atau tekstur, penampilan, dan rasa yang lebih dapat diterima pasar yang lebih luas," imbuh dia.

Sebagai informasi, PSPP Vol. 8 akan dilaksanakan selama tiga hari, tanggal 19 - 21 September 2023 yang dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian ataupun lokasi lainnya.

Peserta pelatihan ditargetkan sebanyak 1.800.000 orang yang terdiri dari petani, penyuluh, dan insan pertanian lainnya di seluruh Indonesia. Di antaranya sebanyak 60 orang mengikuti secara tatap muka di di BBPKH Cinagara.

Narasumber pelatihan ini antara lain Badan PPSDMP, BSIP, Akademisi, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian, praktisi, serta pejabat pada instansi yang terkait dengan peningkatan nilai tambah pertanian.

Adapun materi meliputi kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, hilirisasi produk pertanian terstandar menuju kemandirian pangan, pengawetan bahan pakan ternak.

Penanganan hasil pertanian berbasis GHP pada situasi El Nino, perhitungan nilai tambah produk pertanian, penanganan limbah ternak, penerapan smart digital marketing, dan rencana implementasi.

Partisipasi Aktif Ajang SAE 2023, Pemkab Sukoharjo Apresiasi Polbangtan Kementan

TANIINDONESIA.COM//SUKOHARJO - Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) turut berpartisipasi dalam gelaran Sukoharjo Agropolitan Expo (SAE) 2023 yang digelar di Sentra Town, Kawasan Terpadu The Park dari tanggal 1 - 10 September 2023. Ajang dengan konsep “Farmer in Town” ini digelar selama sepuluh hari penuh dengan rangkaian kegiatan yang menarik.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sebagai bagian penting dari insan pertanian, Polbangtan Kementan, dalam hal ini Polbangtan YOMA terus mendedikasikan diri untuk pembangunan sektor pertanian dalam negeri ke arah yang semakin maju, mandiri dan modern.

Dalam konteks kekinian, Mentan Syahrul menyebut pertanian tak melulu hanya kegiatan yang dilakukan masyarakat pedesaan, namun juga masyarakat perkotaan.

"Pertanian itu tulang punggung bangsa ini. Pertanian tak dapat dibatasi oleh ruang dan lahan. Ia bisa dihidupkan tak hanya di pedesaan, namun juga di perkotaan," kata Mentan Syahrul.

Dikatakan Mentan Syahrul, sektor pertanian juga sudah merambah teknologi modern yang memanfaatkan digitalisasi.

"Pertanian pun telah menjelma menjadi bisnis yang menjanjikan. Oleh karenanya, terus galakkan sektor pertanian, baik di perkotaan dengan teknologi canggih, maupun di pedesaan dengan konsep yang lebih modern," ujar Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, majunya sektor pertanian dalam negeri tak lepas dari majunya SDM pertanian. Dedi menyebut Polbangtan salah satu laboratorium untuk pengembangan dan pembangunan SDM pertanian yang unggul.

"SDM itu kata kunci utama pengungkit produktivitas pertanian. Dengan SDM yang mumpuni, maka sektor pertanian juga semakin maju, mandiri dan modern," tutur Dedi.

Baca juga: Gelar Bimtek Program Pekarangan Hortikultura Lestari di Cilacap, Ini Harapan Kementan

Kedepan, Dedi melanjutkan, sektor pertanian tak terlepas dari kemajuan teknologi. Kolaborasi teknologi dan sektor pertanian semakin mengembangkan pertanian dalam negeri menjadi semakin maju. Kementan, Dedi melanjutkan, mendorong dan mendukung penuh kolaborasi hal tersebut.

"Kita harus bekerja keras, cepat, cermat dan akurat. Tinggalkan cara-cara lama dan gunakan cara-cara baru berbasis IoT. Pertanian merupakan ujung tombang pembangunan bangsa," tegas Dedi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryatmo menjelaskan, SAE 2023 dirancang sebagai wahana untuk pembelajaran masyarakat agar dapat mempelajari dan mengetahui potensi serta inovasi di bidang pertanian, peternakan, maupun perikanan.

“Ada sekitar 80 stan yang menampilkan berbagai produk pertanian mulai dari tanaman hias, ternak, ikan hias, burung hias, hingga berbagai inovasi olahan pangan,” terang Bagas.

Polbangtan YOMA turut aktif berpartisipasi dalam giat tersebut dengan menampilkan berbagai inovasi olahan pangan hasil karya mahasiswa maupun mitra binaan serta menghadirkan Petani Milenial binaan Kementerian Pertanian dalam sesi Talk Show.

Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM), Hermawan yang hadir mewakili Direktur Polbangtan YOMA menjelaskan keikutsertaan Polbangtan YOMA dalam ajang ini.

“Tahun lalu kami juga turut berpartisipasi pada ajang SAE, tahun ini kami kembali membawa berbagai produk olahan pangan unggulan diantaranya aneka olahan coklat, minuman herbal, dan olahan mie mocaf. Selain itu ada Mas Dwi Sartono juga, petani milenial Soloraya binaan Kementerian Pertanian yang mengisi talk show sekaligus berbagi inspirasi sebagai Petani Milenial kepada pengunjung,” jelas Hermawan,

Ditambahkan oleh Hermawan, bahwa ajang SAE ini memberikan wadah untuk mempromosikan dan mengenalkan Polbangtan YOMA kepada khalayak luas.

“Masyarakat jadi tahu bahwa ada sekolah vokasi, kampus pertanian dan peternakan yang di bina langsung oleh Kementerian Pertanian dan menjanjikan lulusannya akan diarahkan menjadi agro-sociopreneur, petani milenial modern dan dekat dengan inovasi serta teknologi,” imbuhnya.

Partisipasi aktif Polbangtan YOMA dalam mendukung ajang SAE 2023 ini menuai apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

“Polbangtan YOMA sebagai representasi Kementerian Pertanian selalu turut mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di Soloraya, khususnya Sukoharjo. Bukan hanya pameran saja namun Polbangtan YOMA juga aktif memberikan pendampingan kepada petani langsung melalui Sekolah Lapang, Bimbingan Teknis, maupun penerjunan mahasiswa. Sangat kami apresiasi,” pungkas Bagas.

Gelar Bimtek Program Pekarangan Hortikultura Lestari di Cilacap, Ini Harapan Kementan

TANIINDONESIA.COM//CILACAP - Kementerian Pertanian melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Cilacap, bekerjasama dengan Komisi IV DPR RI. Kegiatan ini diikuti oleh 90 orang petani dan 10 orang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).

Mengusung tema Pemanfaatan Pekarangan Hortikultura Lestari (PHL) peserta mendapatkan materi secara klasikal di Hotel Sindoro, Kabupaten Cilacap, Jum'at (8/9).

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, hortikultura merupakan subsektor pertanian yang memiliki kebanyakan kelebihan. Indonesia, kata Mentan Syahrul, memiliki beragam tanaman hortikultura yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sehingga, hal ini akan memiliki implikasi positif bagi pengembangan bisnis hortikultura ke depan. Bahkan, kata Mentan Syahrul, beberapa tanaman hortikultura Indonesia telah mampu menembus pasar internasional.

"Indonesia ini adalah negara yang penuh dengan berkah. Kita memiliki tanaman yang tidak dimiliki oleh negara lain. Tentu ini menjadi keunggulan kita dan saya harap hal itu dapat terus dikembangkan," kata Mentan Syahrul.

Pemanfaatan pekarangan, menurut Mentan Syahrul adalah upaya yang semakin hari terus berkembang. Dengan begitu, pertanian tak melulu soal lahan yang luas, namun mampu memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita.

"Itulah inovasi dan teknologi. Keduanya berkolaborasi membangun pertanian kita semakin maju, mandiri dan modern," kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menegaskan, pertanian merupakan sumber rezeki yang bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Menurutnya, sektor pertanian adalah bisnis, sekaligus lapangan kerja yang sangat menjanjikan. "Banyak hal yang bisa dilakukan dalam memanfaatkan lahan pekarangan, salah satunya melalui budidaya tanaman hortikultura," ungkap Dedi.

Dedi melanjutkan, pemanfaatan lahan pekarangan, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan dapat mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah. "Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan dan dikelola melalui pendekatan terpadu untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Oleh karenanya, mari manfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian produktif," ajak Dedi.

Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto berharap melalui Bimtek ini, bukan hanya meningkatkan aspek pengetahuan saja namun juga diikuti dengan praktek di lapangan.

Baca juga: Bersama Pramuka, Polbangtan Kementan Bina Karakter Mahasiswa

“Sebagai salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis) di bawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sudah menjadi kewajiban kami untuk bergerilya mendiseminasikan program dan inovasi dari Kementerian Pertanian. Melalui Bimtek ini, yang juga melibatkan PPL, kami berharap kedepannya ilmu yang didapat di ruangan ini dipraktikkan di lingkungannya masing-masing. Tentunya dengan pendampingan Dinas Pertanian, khususnya Bapak/Ibu PPL,” katanya.

Teti Rohatiningsih, anggota Komisi IV DPR RI yang juga hadir langsung di lokasi turut memberikan motivasi kepada seluruh peserta Bimtek.

“Saat ini kita perlu berinovasi dan berkreasi dalam usaha pertanian agar tetap bisa bertahan serta berkembang kedepannya. Salah satu hal yg dapat dilakukan adalah melakukan usaha pertanian dengan memanfaatkan pekarangan rumah kita masing-masing, dan dikombinasikan dengan metode tumpang sari,” ujar Teti.

Ia juga berharap hasil panen diperoleh nantinya dapat dijual atau diolah untuk menghasilkan nilai ekonomi, namun utamanya adalah dimanfaatkan sendiri, terutama pada saat harga komoditas pertanian cukup tinggi.

Hadir mewakili Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Mahbub Junaedi, selaku Kabid Hortikultura berkomitmen penuh untuk penggalakkan PHL di wilayahnya. Pasalnya program tersebut juga diproyeksikan dapat mendukung penuruan prevalensi stunting di masyarkat.

“Program PHL sudah cukup lama digalakkan di Kabupaten Cilacap, yang dulu bernama Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Tujuan dilaksanakannya program tersebut untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan marjinal/pekarangan/ruang terbuka, serta meningkatkan produksi sayuran di rumah tangga dan pendapatan rumah tangga. Apabila kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka harapannya mampu utk mendukung penurunan prevelensi stunting di masyarakat,” pungkas Mahbub.

Bersama Pramuka, Polbangtan Kementan Bina Karakter Mahasiswa

TANIINDONESIA.COM//YOGYAKARTA - Kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) tahun 2023 resmi dimulai pada Senin (11/9/2023). Bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kwartir Cabang (Pusdiklat Kwarcab) Kota Yogyakarta, KMD 2023 akan dilangsungkan selama satu minggu.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, salah satu manfaat kegiatan KMD adalah memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam mengembangkan mental, fisik, intelektual, emosional dan lain sebagainya. Dengan begitu, mahasiswa dalam mengambil peran positif di tengah-tengah masyarakat.

"Mahasiswa Polbangtan YOMA harus mampu merespon tantangan dengan menjadi manusia yang unggul untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern," kata Mentan Syahrul.

Dikatakannya, teori dan praktik harus seiring sejalan agar mahasiswa dapat menjadi solusi bagi pengembangan pertanian Indonesia ke depan. Sebagai insan pertanian, Mentan Syahrul menilai mahasiswa Polbangtan YOMA harus memiliki motivasi tinggi untuk dapat memajukan pertanian Indonesia melalui penguatan karakter yang ditempa dalam kegiatan kepramukaan.

"Mahasiswa Polbangtan YOMA harus memiliki kerangka berpikir sebagai intelektual pertanian. Oleh karenanya, harus memiliki kemampuan dalam menata dan mengelola sebuah konsepsi agar dapat diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat kita," tambahnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSSMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, sebagai bagian dari insan pertanian dan generasi milenial, mahasiswa Polbangtan YOMA harus memiliki daya nalar yang mumpuni dalam membangun sektor pertanian Indonesia yang begitu melimpah.

"Sebagai insan pertanian atau petani milenial, tentu mahasiswa Polbangtan YOMA yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan ke depan, termasuk dalam sektor pertanian. Oleh karenanya, petani milenial harus cerdas, berpendidikan tinggi dan inovatif, juga adaptif terhadap perkembangan zaman," ujar Dedi.

Baca juga: Bimtek Petani dan Penyuluh, Kementan Ajak Warga Banyumas Optimalkan Pekarangan

Dengan begitu, Dedi berharap tujuan pembangunan nasional yakni menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan produktivitas, menggenjot ekspor dan menciptakan kesejahteraan untuk rakyat dapat tercapai.

"Maka, diperlukan karakter mahasiswa yang kuat pula. Punya kemampuan mumpuni. Melalui kegiatan KMD inilah hal itu dipupuk dan dibangun," tutur Dedi.

Direktur Polbangtan YOMA yang diwakili oleh Wakil Direktur I, Sujono, menerangkan bahwa pelaksanaan KMD merupakan salah satu tahapan yang rutin dilaksanakan untuk menumbuhkan karakter unggulan bagi mahasiswa baru.

“Pendidikan vokasi mempunyai ciri khas pengembangan karakter yang kuat, salah satunya yaitu melalui kegiatan Pramuka Saka Taruna Bumi yang membidangi pertanian ini akan memberi bekal pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis,”ujarnya.

Pembukaan kegiatan dihadiri langsung oleh Heroe Poerwadi selaku ketua Kwarcab Kota Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa dengan aktif mengikuti kegiatan Pramuka, akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan karakter mahasiswa ketika nanti terjun di masyarakat.

“Pengalaman yang didapat dalam Pramuka Saka Trauna Bumi akan memantapkan adik-adik ketika terjun ke masyarakat, khususnya dalam membangun pertanian,” ujar mantan Walikota Yogyakarta tersebut.

Setidaknya ada 6 materi umum dalam KMD kali ini yaitu Kepramukaan, Anggaran Dasar dan Anggra Rumah Tangga Gerakan Pramuka; Program Kegiatan Peserta Didik; Cara Membina dengan Sistem Among; Organisasi, Kecakapan Pramuka dan Alat Pendidikan; serta Kegiatan di alam terbuka.

SDM Pertanian Ungkit Produktivitas Wujudkan Pertanian Maju, Mandiri, Modern

TANIINDONESIA.COM//KABUPATEN BANDUNG - Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian dan kehidupan rakyat Indonesia. Pertanian sebagai kebutuhan mendasar, tidak boleh mati. Dari tangan para petani, penyuluh dan insan pertanian lainnya, pertanian menjadi hebat dan luar biasa.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, “Tantangan pangan tahun 2023 semakin sulit. Untuk itu, saya mengajak semua insan pertanian aktif mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi serta lakukan kolaborasi antara pusat, daerah, perbankan dan para stakeholder yang lain dalam rangka menyikapi ancaman krisis pangan dan mengembangkan pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim.”

"Perkuat kolaborasi kita juga dengan digital sistem dan sistem pertanian yang maju. Gerakkan setiap kegiatan dan program yang sudah direncanakan. Saya tahu pasti ini tidak mudah karena memerlukan langkah fokus dan pasti ada tantangan, tidak perlu takut, saya siap backup," tutur SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, didampingi Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Ajat Jatnika, melakukan silaturahmi dengan petani milenial, pengelola P4S, Ketua DPW Perhiptani Provinsi Jawa Barat, Ketua DPP Perhiptani Kabupaten Bandung, dan penyuluh pertanian, Jumat (8/9/2023). Silaturahmi dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bumi Mazarie.

Baca juga: Gelar Bimtek Program Pekarangan Hortikultura Lestari di Cilacap, Ini Harapan Kementan

Ketua DPD Perhiptani Kabupaten Bandung, Ferry, di awal pertemuan memberikan penjelasan tentang kondisi penyuluhan pertanian di Kabupaten Bandung dan kegiatan Perhiptani yang dilakukan selama ini.  “Jumlah penyuluh pertanian sebanyak 167 orang terdiri dari PNS dan P3K, Penyuluh Pertanian TBPP dan TBPP daerah, penyuluh pertanian swadaya sebanyak 150 orang yang membina 280 desa dengan potensi pertanian lengkap mulai dari sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan,” kata Ferry.

Kepala BPPSDMP melakukan dialog dengan seluruh insan pertanian yang hadir. Berbagai capaian dan permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian, petani, pengelola P4S diungkapkan. Kepala BPPSDMP memberikan arahan. “Tugas BPPSDMP melakukan pendampingan bagi petani, petani milenial, P4S, penyuluh pertanian dan perhiptani,” tuturnya lagi. Kepala Badan menjelaskan pada bulan Oktober 2023 rencana ada kegiatan Tani on Stage di Bogor. “Saya minta semua insan pertanian aktif di kegiatan ini, karena banyak kegiatan yang akan mengakomodir dan mengkoordinasikan kegiatan yang menunjang program Kementan, salah satunya membuka peluang ekspor dengan mempertemukan petani dengan berbagai offtaker untuk membuka peluang ekspor.” ujarnya.

Sekretaris Forum Komunikasi P4S Jawa Barat, Udin Syafrudin, melaporkan keragaan jumlah P4S dan kegiatan yang dilakukan P4S untuk peningkatan kompetensi SDM pertanian.  Jumlah P4S di Jawa Barat sebanyak 331 P4S tersebar di seluruh kabupaten di Jawa Barat.

Ketua P4S Bumi Mazarie yang juga seorang petani milenial, Nasrul, memberikan penjelasan aktivitas permagangan dan usahatani yang dilakukan. Usahataninya lengkap dari pembibitan hingga pengolahan hasil pertanian komoditas ubi jalar. Pembinaan yang dilakukan di Kecamatan Arjasari dan Baleendah sebanyak 13 kelompk tani. Permagangan terbuka untuk siswa dan mahasiswa seperti, UNPAD, UNINUS, UNPAS dengan subyek magang tentang budidaya dan pengolahan ubi jalar.

Menutup kegiatan, Kepala BPPSDMP menyampaikan motivasinya kepada seluruh yang hadir. “SDM menjadi faktor utama pengungkit produktivitas di bidang pertanian. SDM pertanian berperan dalam pembangunan pertanian. Tetap semangat, karena SDM Pertanian memberikan kontribusi paling besar dalam peningkatkan produksi dan produktivitas,” tegasnya. (Yoko/Che)

Bimtek Petani dan Penyuluh, Kementan Ajak Warga Banyumas Optimalkan Pekarangan

TANIINDONESIA.COM//BANYUMAS - Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA), bekerjasama dengan anggota Komisi IV DPR RI, menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi Petani dan Penyuluh wilayah Banyumas, pada 4 September 2023 bertempat di Surya Yudha Purwokerto Jawa Tengah.

Bimtek mengusung tema Pemanfaatan Pekarangan untuk Pangan Lestari, diikuti oleh 100 peserta. Dalam kesempatan itu, Kementan mengajak warga Banyumas mengoptimalkan lahan pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pemanfaatan pekarangan untuk pangan lestari merupakan bagian dari pembangunan pertanian

"Pengembangan lahan pekarangan bertumpu pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga sekaligus menjadi bagian dari pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern," katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, penyuluh memiliki peran penting pemanfaatan lahan pekarangan.

"Penyuluh pertanian berperan penting mendorong pengembangan Pemanfaatan Pekarangan untuk Pangan Lestari sebagai ´miniatur pertanian´ Indonesia menyokong ketahanan pangan," sebut Dedi.

Baca juga: Upaya Jaga Kerahasian Negara, Polbangtan Kementan Benahi Arsip Habis Masa Retensi

Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto, menyampaikan bahwa pengoptimalan pekarangan untuk kecukupan pangan memang seyogyanya harus terus diupayakan mengingat alih fungsi lahan yang terjadi terus menerus.

“Alih fungsi lahan untuk pembangunan di area pula Jawa tidak dapat terelakkan, sedangkan pengoptimalan lahan di luar Jawa bukan hal mudah karena harus melalui treatment tertentu," katanya.

"Oleh karena itu mari kita optimalkan lahan-lahan marjinal, lahan-lahan pekarangan untuk mewujudkan ketahanan pangan utamanya di lingkup rumah tangga,” ujar Bambang.

Anggota Komisi IV DPR RI, Sunarna, memotivasi para peserta Bimtek untuk menerapkan teknologi smart farming dalam pengelolaan pekarangannya.

“Belakangan ini marak penggunaan AI (Artificial Intelegent) dalam segala bidang, ini bisa juga diterapkan bapak dan ibu sekalian dalam mengelola pekarangan. Jangan salah, pekarangan juga bisa menjanjikan secara ekonomi jika dikelola dengan baik,” kata Sunarna.

Hadir sebagai fasilitator kegiatan yaitu Sriwaryati yang juga merupakan Ketua Persatuan Wanita Tani Banyumas (PERWATIMAS). Dalam materinya, Sriwaryati menunjukkan beberapa success story dari pengelolaan pekarangan yang dilakukan oleh KWT diantaranya yaitu usaha penyedian bibit tanaman, pengelolaan kolam ikan, hingga pengelolaan hasil pekarangan menjadi berbagi pangan olahan.

“Utamanya memang ditujukkan untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga, namun dengan usaha lebih tidak dipungkiri bahwa pengelolaan pekarangan juga dapat meningkatkan perekonomian dan pendapatan keluarga hingga penanganan rawan pangan dan gizi di daerah,” tandasnya.