Pelajari Pertanian Berbasis Komunitas, Peserta Pelatihan APO Kunjungi Joglo Tani Yogyakarta
TANIINDONESIA.COM//YOGYAKARTA – Sebanyak 30 peserta “Training Course on Building Community-driven Farm Schools” yang berasal dari 17 negara, melakukan kunjungan ke Joglo Tani, Yogyakarta, Rabu (12/6/2024). Mereka diajak belajar best practice mengenai pengembangan pertanian berbasis komunitas.
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari pelatihan yang diselenggarakan 10-14 Juni 2024 oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Asian Productivity Organization (APO) Jepang.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan pelatihan ini juga menjadi ajang yang baik bagi para peserta untuk bertukar informasi.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menerangkan lebih lanjut mengenai hal tersebut.
“Dalam pelatihan ini, peserta mancanegara diperkenalkan dengan pertanian berbasis komunitas. Namun, momen ini juga bisa menjadi ajang bertukar informasi seputar pertanian,” katanya.
“Dan tentu hal ini akan saling mendukung pengembangan pertanian di negara masing-masing. Ilmu yang didapat bisa mereka terapkan saat mereka kembali, namun tentu disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing,” imbuhnya.
Dalam kunjungan itu, peserta disambut langsung oleh pemilik Joglo Tani, TO Suprapto, didampingi oleh Zaim Nur Hidayat selaku pembicara dalam kegiatan tersebut.
Zaim menjelaskan, Joglo Tani merupakan pusat edukasi pertanian yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat luas. Hal tersebut meneladani nilai-nilai “Joglo” itu sendiri.
“Sejak Zaman Mataram, Joglo yang merupakan salah satu bagian bangunan rumah jawa yang kental akan nilai-nilai luhur, lazim dimanfaatkan sebagai sarana diskusi atau open space. Nilai itu yang menjadi dasar Joglo Tani,” ujarnya.
Lebih lanjut, Zaim menjelaskan, bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat edukasi pertanian, Joglo Tani menganut filosi Kerajaan Mataram yaitu “Memayu Hayuning Bawono” yang menggambarkan bagaimana relasi antara manusia dengan lingkungan harus berjalan dengan harmonis.
“Implementasi nilai tersebut dalam pertanian mencakup bagaimana mengelola pertanian secara berkelanjutan dan menjaga keseimbangan dengan lingkungan,” katanya.
“Penerapannya antara lain yaitu dengan tidak menggunakan bahan kimia berlebihan, menggunakan air secara bijak, mempertahankan varietas lokal, bertanam sesuai musim, dan menjaga manusia tidak terlalu mengeksploitasi lingkungan,” kata Zaim lagi.
Joglo Tani, lanjut Zaim, merupakan gambaran mini filosofi pertanian Mataram untuk menjaga ketahanan pangan.
“Tempat ini mengimplementasikan model pertanian terpadu yang mencakup berbagai aspek seperti pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan dalam satu lahan yang kemudian berfungsi menjadi lumbungan pangan masyarakat,”katanya.
Sistem pertanian terpadu di Joglo Tani meniru pola siklus hidup alam dan memanfaatkan sumber daya lokal secara maksimal, sehingga setiap produk utama dan limbah dapat dimanfaatkan sepenuhnya.
Kunjungan ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk melihat langsung dan belajar dari model pertanian terpadu yang diterapkan di Joglo Tani. Mereka dapat mengeksplorasi berbagai teknik budidaya tanaman, pemeliharaan hewan ternak, serta pengelolaan perikanan yang efisien.
Salah seorang peserta asal Thailand, Sayumporn Thinmathurot, mengaku sangat terkesan dengan pelatihan ini.
“Dari hati pertama hingga hari kedua ini saya banyak memperoleh pengalaman baru. Mulai dari diskusi di kelas hingga kunjungan ke Joglo Tani ini. Melihat langsung praktek pertanian berbasis komunitas yang berlandaskan nilai-nilai budaya,” ungkapnya.
Sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep Community-driven Farm Schools atau sekolah pertanian berbasis komunitas .
Dari kegiatan ini, peserta memperoleh pengetahuan dan praktik terbaik yang dapat diterapkan di negara masing-masing.
“Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan konsep dan pengetahuan yang diperoleh di komunitas mereka, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di berbagai negara,” ujarnya.(***)