15 Mei 2025

Hari: 2 Agustus 2023

Mentan: Warga yang Meninggal di Papua Bukan Kelaparan Melainkan Diare

TANIINDONESIA.COM//JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkap penyebab enam warga meninggal di Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Syahrul mengatakan, menurut laporan, keenam warga itu meninggal akibat diare.

"Saya habis dua-tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari sekwilda dan kadis setempat bukan kelaparan. Diare," kata Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).

Syahrul menuturkan keenam warga itu mulanya mengalami muntah, kemudian mereka mengalami diare dan dehidrasi.

"Hari pertama dia muntah. Siangnya 20 kali; 10-20 Kali. Malamnya dia diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," ujarnya.

Kementan pun sudah melakukan langkah darurat untuk mengatasi kelaparan di dua distrik di Kabupaten Puncak. Syahrul mengatakan pihaknya juga akan memberikan bantuan kepada warga.

"Bahwa ada langkah kita ke sana iya. Langkah darurat untuk mem-backup mereka selama 3 bulan. Kan jumlah orangnya juga nggak banyak. Yang kedua temporary agenda saya akan mobilisasi kurang lebih 10 ribu polybag. Tanaman polybag di sekitar halaman rumah. Karena di sana 6 distrik. Satu distrik yang bersoal," tutur Syahrul.

Baca juga: Antisipasi Dampak El Nino, Mentan Minta Pemprov Lampung Ikut Berkontribusi Penuhi Kebutuhan Pangan

"Dan kita juga tidak boleh gegabah kan karena ini di Puncak sana dan ada masalah sedikit di sana. Saya punya konsentrasi di Timika sekarang untuk bisa mensuplai. Agenda ketiga, permanen agenda saya akan buat lahan penyangga di sana," imbuh dia.

Syahrul melanjutkan, warga di Puncak juga sudah terbiasa dengan cuaca ekstrem di sana. Karena itu, diyakini bahwa tewasnya enam warga itu akibat muntaber. Kendati demikian, dia memastikan akan melakukan pemantauan di wilayah tersebut.

"Dan saya kira kalau di Puncak itu masalah hujan es dan lain-lain setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari temen-temen mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," kata Syahrul.

Sebelumnya, diberitakan bahwa bencana kelaparan melanda dua distrik di Puncak, Papua Tengah. Enam orang pun dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan tersebut.

Syahrul melanjutkan, warga di Puncak juga sudah terbiasa dengan cuaca ekstrem di sana. Karena itu, diyakini bahwa tewasnya enam warga itu akibat muntaber. Kendati demikian, dia memastikan akan melakukan pemantauan di wilayah tersebut.

"Dan saya kira kalau di Puncak itu masalah hujan es dan lain-lain setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari temen-temen mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," kata Syahrul.

Sebelumnya, diberitakan bahwa bencana kelaparan melanda dua distrik di Puncak, Papua Tengah. Enam orang pun dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan tersebut.(***)

Antisipasi Dampak El Nino, Mentan Minta Pemprov Lampung Ikut Berkontribusi Penuhi Kebutuhan Pangan

TANIINDONESIA.COM//JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta Provinsi Lampung ikut serta berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan nasional dalam menghadapi ancaman dampak fenomena El Nino.

"Kehadiran saya di Lampung ini dalam rangka melakukan gerakan nasional menghadapi El Nino sesuai perintah Presiden ada enam provinsi utama dan empat yang menjadi penyangga pangan saat El Nino," ujar Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri rapat koordinasi antisipasi dampak El Nino Provinsi Lampung di Lampung Tengah, Rabu.

Ia mengatakan Provinsi Lampung menjadi salah satu daerah yang ditunjuk sebagai penyangga pangan dalam menghadapi El Nino bersama dengan Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan.

Baca juga: Penarikan Mahasiswa Magang, Polbangtan Kementan Ramaikan Pasar Aksata Boyolali

"Dalam menghadapi El Nino, kita membutuhkan konsentrasi dan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Lampung sebagai daerah penyangga pangan langsung ke Pulau Jawa kata kunci utamanya adalah harus ikut serta berkontribusi untuk menunjang kepentingan nasional," katanya.

Dia menjelaskan dipilihnya Lampung dan beberapa daerah sebagai penyangga pangan itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya penurunan produksi secara nasional dari berbagai daerah, sebagai dampak fenomena El Nino.

"Kami mempersiapkan berbagai hal terkait dampak El Nino, dan provinsi ini dipilih karena 'buffer stock' beras dan tren produktivitasnya bagus. Lampung ini harus ikut mendukung secara nasional sebab kalau untuk lokal sendiri dalam menghadapi El Nino pasti selesai tapi kami butuh bantuan secara nasional," ucapnya.

Menurut dia, pihaknya menawarkan beberapa skema kepada Pemerintah Provinsi Lampung dan kabupaten untuk melakukan intensifikasi lahan pertanian dalam menghadapi El Nino.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Jagung Hibrida, Kementan dan PT Bayer Indonesia Jalin Kerjasama

"Di Provinsi Lampung ini kami menawarkan intensifikasi lahan pertanian bisa 30 ribu hektare, 50 ribu hektare atau 100 ribu hektare. Kalau gubernur atau bupati mau boleh, bila bisa beberapa kabupaten saja agar lebih fokus dikerjakan. Bagi kami intensifikasi lahan pertanian seluas 30 ribu hektare saja sudah cukup," ujar dia.

Ia berharap jika lahan pertanian minimal seluas 100 hektare dapat diintensifikasi dengan baik maka dapat berkontribusi kepada rakyat dengan perputaran ekonomi yang mencapai Rp30 miliar.

"Karena itu dalam menghadapi El Nino ini Lampung harus menjadi daerah terbaik dalam peningkatan produksi dan kelihatannya pemerintah daerah sangat serius serta antusias membantu kepentingan nasional dalam mencegah adanya kekurangan pangan di masa kekeringan," tambahnya.(***)