22 Januari 2025

Ajat Jatnika

Kementan Kibarkan Genta Organik di Bumi Cendrawasih

TANIINDONESIA.COM//LEMBANG - Kementerian Pertanian meluncurkan Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) sebagai solusi untuk petani Indonesia atas mahalnya harga pupuk. Genta Organik meliputi penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk hayati, penggunaan pembenah tanah, dan pemupukan berimbang.

Tak hanya sebagai solusi atas mahalnya pupuk, program Genta Organik juga dirancang sebagai upaya untuk rehabilitasi tanah. Sebab, eksploitasi lahan pertanian secara intensif yang berlangsung secara terus-menerus selama bertahun-tahun telah mengakibatkan penurunan kesuburan dan sifat fisik maupun kimia tanah.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam pertanian, menjadi kewajiban petani untuk memelihara tingkat kesuburan tanah. "Kalau kesuburan turun, mikroba turun, produksi juga akan turun. Kita berharap produksi terus meningkat. Caranya, perbaiki pupuk kita jangan pupuk kimia saja. Kita dahului beri makan dan nutrisi tanah dengan pupuk organik, hayati dan pembenahan tanah," jelasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, Genta Organik merupakan gerakan yang mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri.

"Genta organik tidak berarti mengharamkan penggunaan pupuk anorganik. Boleh menggunakan pupuk kimia, tapi dengan ketentuan tidak berlebihan atau mengikuti konsep pemupukan berimbang," tutur Dedi.

Dikatakannya, salah satu upaya Kementan untuk mendukung petani dalam menyediakan pupuk organik secara mandiri, salah satunya dengan memfasilitasi kegiatan Pelatihan Manajemen Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO).

Regenerasi Petani, Kementan Bangkitkan Minat dan Perkuat Kompetensi Gen-Z

Sebagaimana diketahui, pemberian pupuk kimia (anorganik) secara terus-menerus untuk mengejar tingkat produktivitas, tanpa diimbangi dengan upaya-upaya memperbaiki kondisi fisik tanah melalui penambahan bahan organik menyebabkan kandungan bahan organik tanah menurun, kerusakan struktur tanah dan aerasi tanah berkurang.

Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan hara dan air bagi tanaman, sehingga mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi, kondisi ini dikenal sebagai tanah sakit (soil sickness).

Menyikapi terjadinya degradasi mutu lahan pertanian tersebut, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman.

Pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang dan dahan), sampah rumah tangga serta kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, ayam).

Dalam kerangka itu pula, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang bekerjasama dengan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan dan Perikanan (Dinas TPHPP) Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua menyelenggarakan pelatihan ini yang dilaksanakan selama lima hari efektif mulai 11-15 April 2023. Ada lima orang peserta yang merupakan petani pengelola UPPO.

Kegiatan Pelatihan Manajemen Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam meningkatkan produktivitas dan produksi usaha taninya. Serta meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani dan mendukung program pemerintah di bidang pertanian, yaitu Genta Organik (Gerakan Tani Pro Organik).

Acara sendiri dibuka oleh Kepala Balai, Ajat Jatnika didampingi Sub Koordinator dan Widyaiswara BBPP Lembang. Dikatakan Ajat, pihaknya terus berupaya agar kompetensi SDM meningkat, di mana tujuan akhirnya adalah meningkatkan produktivitas pertanian.

“Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelatihan, BBPP Lembang diharapkan dapat memberi dampak kepada stakeholder dalam hal peningkatan kompetensi SDM serta produksi dan produktivitas pertanian,” kata Ajat saat membuka pelatihan secara resmi.

Selama berlatih, peserta memperoleh materi secara klasikal dan praktik dari fasilitator Widyaiswara BBPP Lembang dan Ketua P4S terpadu Ikamaja, tentang pertanian organik, mulai dari pembuatan aktivator, mikroorganisme lokal dan eco-enzime, pembuatan pupuk organik dan pembuatan kompos mix hayati (kom-mix hayati) dan pemasaran pupuk organik, serta materi manajemen Unit Pengelolaan Pupuk Organik ( UPPO).

Untuk diketahui, poin penting dalam pengelolaan UPPO adalah manajemen SDM, manajemen ternak, manajemen limbah ternak dan manajamen pemasaran. Peserta praktik membuat activator, mikro organisme lokal (MOL), dan eco-enzyme dari kulit buah-buahan.
Untuk benchmarking pengelolaan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO) yang sudah berjalan dengan baik, dilaksanakan kunjungan lapang di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Terpadu Ikamaja Kabupaten Garut.

Kepala Bidang TPHPP, Afredy Boyke menyampaikan, pelatihan ini sangat bermanfaat karena memberikan pemahaman kepada petani cara membuat pupuk organik yang baik dan berkualitas, efisien dan memiliki nilai jual. "Peserta sangat antusias dan semangat mengikutinya karena ini memberikan pemahaman baru untuk petani di Kabupaten Boven Digoel,” ungkapnya. Fredy juga menyampaikan harapannya, sepulang dari belajar di BBPP Lembang petani dapat menerapkan materi pelatihan di UPPO masing-masing. (Yoko/Che)

Regenerasi Petani, Kementan Bangkitkan Minat dan Perkuat Kompetensi Gen-Z

TANIINDONESIA.COM//LEMBANG - Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai salah satu penyelenggara pelatihan dan pendidikan pertanian terus berusaha meningkatkan kapasitas SDM pertanian, baik aparatur maupun non aparatur. Tidak terkecuali 36 siswa SMK dan mahasiswa yang tengah menjalani masa Praktik Kerja Lapang (PKL) di BBPP Lembang.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menyatakan bahwa pembangunan pertanian akan diteruskan oleh generasi muda yang memiliki kompetensi jauh lebih baik. Karenanya, generasi penerus pertanian ini harus memiliki keterampilan dan teknologi yang andal di bidang pertanian.

“Pembangunan pertanian Indonesia akan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya, generasi yang saat ini masih muda, bahkan anak-anak. Kita harus tumbuhkan minat mereka dari sejak dini. Salah satu cara melalui agro-eduwisata, agar kelak mereka mau terjun menjadi pelaku dan mampu memajukan pertanian Indonesia,” tegas Mentan.

Selaras dengan pernyataan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menyatakan pentingnya pertanian sebagai sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar paling banyak di dunia. Karenanya, pertanian harus mampu menarik minat generasi muda untuk turut andil berkontribusi.

"Pertanian dan generasi muda tak boleh dipisahkan. Anak-anak muda adalah generasi penerus pertanian di masa mendatang," kata Dedi.

BBPP Lembang membekali generasi Z, yakni peserta PKL, untuk memiliki minat berkecimpung di bidang pertanian.

Kementan Kibarkan Genta Organik di Bumi Cendrawasih

Disampaikan Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika, "menjadi salah satu tugas BBPP Lembang untuk menjadi sarana belajar para peserta PKL". Ia juga berharap setelah kegiatan PKL peserta mampu berinovasi hingga berbisnis di bidang pertanian.

Upaya tersebut dilakukan dengan memberikan pengetahuan dasar dengan praktik langsung di area Inkubator Agribisnis (IA) maupun pembelajaran di kelas. Sistem pembelajaran di kelas salah satunya melalui Pelatihan Agribisnis Sayuran yang diselenggarakan pada 10-14 April 2023.

Fasilitator merupakan Widyaiswara BBPP Lembang. Adapun materi yang disampaikan mulai dari persiapan benih, persiapan lahan, pupuk dan pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit terpadu, panen dan pascapanen sayuran, pengolahan hasil sayuran, analisa usaha tani, pemasaran, dan kelembagaan petani. Materi yang disampaikan bertujuan untuk mengasah kembali pemahaman siswa di samping praktik lapang yang dilakukan setiap hari selama masa PKL.

Seperti pada materi persiapan lahan, peserta mendapatkan penjelasan kriteria lahan yang baik untuk dijadikan sebagai lahan budidaya. Diakui Abdul Azis peserta asal SMK Negeri 2 Subang, adanya materi ini menambah pengetahuannya. “Saya mendapat penjelasan secara teoritis setelah sebelumnya learning by doing di lahan bersama instruktur,” ungkapnya.

Sementara pada materi pengolahan hasil pertanian Widyaiswara mengajak peserta untuk mampu berinovasi memberikan nilai tambah pada produk pertanian.

Fadli, peserta asal Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, menyatakan kesannya setelah berlatih. Menurutnya pelatihan ini sangat menambah wawasan. Materi juga disampaikan dengan cara yang asyik sehingga tidak membosankan.

“Setelah mendapat pelatihan ini saya belajar pertanian dengan lebih mendetail. Seperti teknik pemotongan daun lembaga yang ternyata memiliki dampak yang cukup berpengaruh terhadap produktivitas tanaman,” ungkapnya. (DRY/YKO)